Reaksi
oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang
melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron . Dalam setiap reaksi
redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah
elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan
persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron) .
Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi
syarat.
Titrasi redoks adalah
titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran. Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secaraluas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisioksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksiredoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalamanalisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak. Dikenal bermacam-macam titrasi redoks, yaitu
titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran. Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi dipergunakan secaraluas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisioksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksiredoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan dalamanalisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup banyak. Dikenal bermacam-macam titrasi redoks, yaitu
Permanganometri, Dikromatometri, Serimetri, Iodo-iodimetri,
Dan Bromatometri.
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan
reduksi antara titrant dan analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk
penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau
reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan
tentang penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, selain itu
pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga
sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka
perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.
Reaksi-reaksi
kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh
analisistitrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi
oksidasi yang berbeda-beda,menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks.
Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhisyarat untuk dipergunakan dalam analisi
titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.Iodometri adalah analisa
titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkanmembentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn
dengan menggunakan larutan bakutiosulfat .Oksidator + KI → I2 + 2eI2 + Na2 S2O3
→ NaI + Na2S4O6
Sedangkan
iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan
untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin
atau dengan penambahanlarutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi
kembali dengan larutan tiosulfat.Reduktor + I2 → 2I- Na2S2 O3 + I2 → NaI
+Na2S4 O6Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat
direksikan secarasempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan
dalam metode ini adalahindikator kanji.
Sedangkan
bromometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar reaksi aksidasi dari
ion bromat .BrO3- + 6H+ + 6e → Br- + 3H2OAdanya kelebihan KBrO3 dalam
larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat BrO3 + Br-
+ H+ → Br2 +H2O. Bromine yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi
kuning pucat (warna merah ), jika reaksi antara zat dan bromine dalam
lingkungan asam berjalan cepat maka titrasi dapatsecara langsung dilakukan.
Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitu larutan
bromine ditambah berlebih dan kelebihan bromine ditentukan secar
iodometri. Bromin dapat diperoleh dari penambahan asam kedalam larutan yang
mengandung kalium bromat dankalium bromide. Substansi-substansi penting yang
cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan
iodin adalah tiosulfat, arseni dan entimon, sulfida dan ferosianida. Kekuatan reduksi
yang dimiliki oleh dari beberapa substansi ini adalah tergantung dari pada
konsentrasi ion hydrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara
kuantitatif hanya bila kitamelakukan penyesuaian ph yang sulit.Dalam
menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna
darisebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak
sebagai indikator bagidirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau
violet yang intens untuk zat-zat pelarut
Seperti
karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih
umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji bertindak
sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodin.Dalam beberapa proses tak
langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan
kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak
agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan
iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.
Titrasi dengan arsenik membutuhakn larutan yang sedikit alkalin.Dalam
larutan yang sedikit alkalin atau netral, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul
terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksid kuat,
seperti garam permanganat, garam dikromat yang mengoksid tiosulfat menjadi
sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif. Pada penentuan iodometrik ada banyak
aplikasi proses iodometrik seperti tembaga banyak digunakan baik untuk
biji maupun paduannya metode ini memberikan hasil yang lebih sempurna dan cepat
daripada penentuan elektrolit tembaga.Pada metode bromometri, kalium bromat
merupakan agen pengoksid yang kuat dengan potensial standar dari reaksinya BrO3
+ 6H+ + 6e → Br- + 3H2OAdalah +1,44 V.
Reagen
dapat digunakan dalam dua cara yaitu sebagai sebuah oksdasi langsung untuk
agen-agen pereduksi tertentu dan untuk membangkitkan sejumlah bromin
yangkuantitasnya diketahui. Sejumlah agen pereduksi pada titrasi langsung metode
bromometri sepertyi arsenik, besi (II) dansulfida serta disulfida organik
tertentu dapat dititrasi secara langsung dengan sebuah larutan kalium
bromat .Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk
memberikan perubahan warna.Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan kita
harus hati-hati agar kita mendapatkan hasil yang lebih baik .Reaksi brominasi
senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium bromat dapat dipergunakan
untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin tersebut
kemudian dapat digunakan untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawa
organik. Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga
jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil.
Biasanya bromin yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang
dibutuhkan untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi
ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat
berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisi
Titik akhir titrasi dalam
titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara potensial
larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan
indicator. Dengan memandang tingkat
kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang
banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai
indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan
alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai
indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain
yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks
jika kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen,
blue, dan nitroferoin.
Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri, iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk
penentuan Fe2+ dan oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran
penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant untuk
penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan
ferosianida dan nitrit.
Permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkanreaksi
oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksioksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu.Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakantitrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya.
No comments:
Post a Comment